Salah Satu Hits Lagu Ayah Ikang Fawzi Kami Tercinta

Get More Songs & Codes at www.stafaband.info

Kekasih Hati Marissa Haque

Kekasih Hati Marissa Haque
Para Kekasih Hatiku, Isabella, Chikita, dan Ikang Fawzi, 2009

Senin, 14 Desember 2009

Ikang Fawzi dalam Phantom of the Opera-nya Addie MS





Memperingati30 tahun perjalanan kariernya Addie MS menyuguhkan penampilan yang spektakuler. Suguhan orkestra berharmonisasi dengan kemerduan vocal dari para penyanyi bertalenta. Sungguh suatu konser penghujung tahun yang sayang untuk dilewatkan.Acara yang digelar 29 November 2009 di Plennary Hall ini ibarat album dokumentasi kesuksesan Addie MS sebagai pianis, musisi, arranger dan konduktor orkestra yang namanya melejit senusantara, Twilight Orchestra. Diawali dengan narasi oleh Nicholas Saputra disusul dengan penampilan Kevin, putra Addie, di salah satu karya David Foster.

Ternyata karier musik Addie berawal dari musik pop. Mulai dari mengaransemen “Nuansa Biru” Keenan Nasution yang dibawakan secara apik oleh Vidi Aldiano, pianis di Band Staff yang dimotori Ikang Fawzi hingga menciptakan lagu-lagu Vina Panduwinata yang melegenda. ‘’Banyak sekali karya-karya Aldi yang dinyanyikan ulang. Ada sekitar 12 lagu,’’ tutur Vina dengan gayanya yang khas sebelum menyuguhkan lagu yang melambungkan dirinya “September Ceria”. Lalu berturut-turut Afghan dan Memes membawakan karya Addie yang dipopulerkan si Burung Camar itu.


Addie bukan hanya jenius menciptakan lagu bergenre pop. Sudah berkali-kali ia didaulat menggarap original soundtrack seperti Cinta Pertama, Dealova dan Heart, juga theme song iklan dan mengaransemen lagu-lagu nasional.


Medley lagu-lagu soundtrack yang dibawakan secara instrumentalia ini mendapat tepuk tangan meriah dari penonton. Applaus juga mengiringi ketika Addie mengenalkan putra keduanya, Tristan yang baru berusia 12 tahun. Remaja pria ini dengan lincahnya memainkan jemarinya di atas grand piano membawakan nomor “Flight of The Bumble Bee”. Tak kalah cantiknya nomor The Phantom of The Opera yang dilejitkan Sarah Brightman. Duo soprano dan tenor asal Australia ini mendapat tepuk tangan bergemuruh dan decak kagum dari para penonton.

Rabu, 09 Desember 2009

GIS untuk Pemantauan Pertahanan & Kedaulatan Pangan

Semangatku sampai dengan hari ini adalah: " STOP IMPOR BERAS." GIS  atau singkatan dari Geo-spatial Information Servive adalah salah satu alat IT tercanggih saat ini yang dapat dipakai untuk pemantauan pertahanan dan kedaulatan pangan di Indonesia.


Dulu saya sewaktu di DPR RI termasuk yang melakukan protes keras kepada Presiden SBY atas kebijakannya menambah impor beras dari Vietnam. Padahal yang kami di Komisi 4 setujui hanya impor dari Thailand dan itupun hanyalah 1 kapal.

Terlampir disamping ini gambar sewaktu kami "marah" kepada pemerintah Presiden SBY melalui Kabulog saat itu yang tidak tegas kepada seluruh aturan terkait kedaulatan pangan -- not only pertahanan pangan dan melakukan kebutuhan pangan dalam negeri melalui kebijakan impor yang hanya memenuhi kepentingan sesaat elit pelaku ekonomi negeri ini.

Nah.... GIS (Geo-spatial Information Servive) adalah alat pantau terkini yang telah dipakai-gunakan oleh Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) di Indonesia sejak beberapa saat terakhir ini.

Buah Tangan dari Seminar IT & ICT di ITB Pak Arifin Panigoro

Sebagian dari teman sekelasku di UGM adalah lulusan ITB, Bandung. Mereka adalah generasi muda yang sangat full with new ideas dan energi. Akupun jadi tertular semangat muda pernuh dedikasi buat Indonesia kita tercinta. Dan untuk menularkan Ilmu kepada seluruh yang dekat dihati dan pengunjung blog ini, kulakukan dengan cara mengirimkan informasi seperti yang kami dapatkan dari Dani dan kawan-kawan lulusan ITB sebagaimana sebagai berikut ini:

80 tahun yang lalu, pada tanggal 28 Oktober 1928, dengan optimisme yang tinggi akan potensi-potensi yang dimiliki oleh Indonesia, para pemuda Indonesia berikrar untuk menyatukan semua potensi-potensi yang ada dalam Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, Indonesia. Kuliah Umum di ITB berjudul Merebut Masa Depan: "Menyemai Energi, Pangan dan Pendidikan, yang dibawakan oleh Arifin Panigoro, founder of Medco Group sungguh merupakan acara peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda yang membangkitkan optimisme bahwa Indonesia kaya potensi dan Indonesia bisa Merebut Masa Depan."

Arifin memulai kuliahnya dengan membahas masalah Kemiskinan, Globalisasi dan Krisis yang sedang kita hadapi yang dilanjutkan dengan tantangan dan peluang di bidang energi. Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya energi yang melimpah dan beragam baik yang bersumber dari fosil seperti minyak bumi, batubara, dan gas alam, maupun sumber energi yang terbarukan seperti tenaga surya, tenaga angin, tenaga air, biomasa, tenaga gelombang/ombak. Meskipun potensi energi melimpah, Indonesia sampai saat ini tetap belum bisa memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya sendiri.

Pada tahun 2006, sumber utama pasokan energi Indonesia adalah minyak bumi ( 40.5 %), biomasa (23%), batubara (17,1%), gas alam (16.5%), dan geothermal (0,9%). Pada saat yang sama, kemampuan pasokan yang bersumber dari minyak bumi terus menurun. Jika tidak ditemukan cadangan minyak baru, dengan tingkat produksi sekarang, cadangan minyak Indonesia diperkirakan akan habis dalam 18 tahun. Saat ini Indonesia mengimpor BBM 350 ribu barel per hari. Impor ini sangat mempengaruhi nilai tukar dollar. Disisi lain, Situasi pangan di Indonesia sekarang ini menempatkan Indonesia dalam posisi yang sangat rentan terhadap krisis pangan. Tidak kurang dari Menteri Pertanian RI yang menyatakan bahwa Indonesia di prediksi akan mengalami krisis pangan pada tahun 2017. Peningkatan kebutuhan karena pertumbuhan penduduk (sekitar 1.5 % pertahun) tidak diimbangi dengan kemampuan produksi dalam negeri. Bahkan kemampuan produksi cenderung turun karena makin banyaknya lahan pertanian yang dikonversikan menjadi pemukiman dan daerah industri. USDA (US Departement of Agriculture) mengidentifikasi makin besarnya ketergantungan Indonesia terhadap dunia luar dalam bidang pangan. Dalam hal beras misalnya, kalau tidak ada perubahan yang signifikan, tahun 2014 Indonesia diperkirakan akan mengimpor beras 2.4 juta metrik ton, ini hampir 2.5 kali dari impornya tahun 2004. Kolaborasi Untuk Kemandirian Energi dan Pangan Mengembangkan energi terbarukan dan pengadaan pangan yang mampu menjamin kemandirian Indonesia dalam bidang energi dan pangan adalah upaya besar yang hasilnya baru akan dirasakan dalam jangka panjang. Proyek besar ini mensyaratkan adanya kerja sama yang sangat erat antara pemerintah (pusat dan daerah), swasta, dan lembaga-lembaga penelitian.

Dalam konteks ini, pemerintah perlu menjalankan beberapa peran sekaligus: sebagai promotor, fasilitator, enabler dan investor. Lembaga-lembaga penelitian di perguruan tinggi maupun swasta perlu mengerahkan potensi terbaiknya untuk berkontribusi digaris terdepan dalam penelitian dan pengembangan energi terbarukan dan pangan.

Penelitian dan pengembangan tersebut hendaknya didukung oleh pendanaan bersama dari pemerintah dan swasta. Sebagai contoh, untuk mengembangkan produksi etanolnya, Brazil misalnya tidak hanya menyediakan dana untuk riset secara besar-besaran, namun juga memberi insentif dalam bentuk suku bunga rendah dan insentif pajak kepada perusahaan yang melakukan investasi dalam produksi etanol dan para pemakai etanol. Disamping itu, pemerintah Brazil juga menetapkan peraturan yang mewajibkan pemakai kendaraan bermotor untuk memakai bahan bakar yang dicampur dengan etanol. Kebijakan yang jelas dan dijalankan secara konsisten oleh Brazil itu baru dirasakan hasilnya sesudah kerja keras selama 30 tahun. Mengembangkan Papua Selatan Arifin melihat Papua Selatan sebagai lahan yang potensial untuk dikembangkan, baik untuk energi baru maupun pangan.

Wilayah yang akan dikembangkan meliputi empat kabupaten yaitu Merauke, Mappi, Asmat dan Boven Digul, seluas 12 juta hektare. Pulau Jawa yang memiliki luas sama (sekitar 12 juta hektare) berpenduduk 120 juta jiwa. Papua selatan penduduknya hanya 350 ribu jiwa. Tanah di Papua Selatan ini datar dan dekat pantai. Tim Peneliti dari Institut Pertanian Bogor menyatakan tidak ada masalah dengan kondisi tanahnya. Sistem pengairan bisa dikembangkan dengan memanfaatkan sungai sepanjang 200 Km yang ada disana.

Sebagai proyek percontohan Medco Foundation mencoba mengkombinasikan inovasi sosial dan inovasi teknologi dalam pengembangan MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy Estate). Proyek ini menerapkan prinsip ownership sharing yang menghargai kepemilikan lahan oleh warga setempat. Disamping itu tim ahli Medco Faundation terus menerus melakukan eksperimen teknis agar tanaman pangan yang ditanam di daerah yang kondisinya khas dapat memberikan hasil terbaik. Meskipun potensial, belum ada infrastruktur yang memadai disana. Di akhir kuliah umum, MOU ditanda tangani antara Medco Foundation dan ITB, dimana ITB diminta membantu menangani tata ruang, infrastruktur, irigasi, teknologi pengolahan hasil panen dan energi terbarukan. Menyalakan Lilin dan Menjadikan Gerakan Pengembangan energi terbarukan dan peningkatan produksi pangan adalah dua isu yang penanganannya tidak bisa ditunda. Setiap penundaan akan menimbulkan resiko yang lebih besar di masa yang akan datang, yang akan memperbesar peluang Indonesia untuk menjadi bangsa yang hidup dari belas kasihan negara lain karena tidak mampu menyediakan pangan buat rakyat sendiri. Untuk itu, Arifin berprinsip lebih baik menyalakan lilin dari pada mengutuk kegelapan.

Ia pun mengajak pengembangan energi terbarukan dan peningkatan produktivitas pangan dijadikan “gerakan” dalam arti dikampanyekan secara luas dan terus menerus, melibatkan semua unsur bangsa (pemerintah, swasta, LSM, lembaga pendidikan dan masyarakat luas), jelas terukur sasarannya, jelas sumber dayanya, dikoordinasikan pelaksanaannya, dimonitor dan dievaluasi hasilnya dari waktu kewaktu. Acara kuliah umum ini dikemas sangat apik dan interaktif, memanfaatkan teknologi multi media dan dihadiri oleh rektor dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, kalangan media, tokoh masyarakat, sekelompok petani dari Papua dan Kalimantan Tengah.

Minggu, 29 November 2009

Face Book Cicak Melawan Buaya

Face Book Cicak Melawan Buaya




Usman Yasin adalah seorang Dosen dari Universitas Bengkulu yang secara spontan membuat sebuah situs di jejeraing Face Book dengan tema Cicak Melawan Buaya.



Belum lgi ditambah dengan ikutannya yang lainnya sebagaimana tampak dalam capture shoot diatas ini. Luar biasa... IT & ICT benar-benar menjadi KATIALIS yang me-LEVERAGE semuanya menjadi lebih horizontal persis seperti yang dinyatakan oleh Friedman.

Ajakan Kompasiana.com: Marissa Haque

Tentang Kompasiana


KOMPASIANA adalah blog para jurnalis Kompas yang sudah bisa diakses mulai 1 September 2008 di di alamat http://kompasiana.com. Meski tekanannya pada jurnalis Kompas, Kompasiana juga diisi para blogger dari para jurnalis yang bernaung di bawah bendera Kompas Gramedia. Bahkan, Kompasiana diramaikan pula oleh blogger tamu dan blogger selebritas.

Blogger tamu diisi oleh para blogger yang jumlahnya terbatas dan berkomitmen untuk terus mengisi konten Kompasiana berdasarkan pandangan dan pengalaman masing-masing. Mereka adalah blogger yang diminta dan diberi kehormatan untuk mengisi Kompasiana, sehingga jumlahnya sangat terbatas. Mereka juga bisa berkomentar atas seluruh blogger yang mengisi konten Kompasiana. Sedangkan blogger selebritas adalah para selebritas yang pengelolaan blognya diserahkan kepada tim KOMPAS.com.

Semangatnya, semua jurnalis Kompas yang mencapai 250 itu punya blog dengan mengisi kontennya sesuai preferensi masing-masing. Kavling atau alamat blog sesuai nama mereka sendiri, misalnya jurnalis blogger Taufik Mihardja di alamat http://www.kompasiana.com/taufikmihardja. Begitu juga jurnalis lainnya, mereka punya nama blog dan alamat masing-masing. Para pengunjung bisa langsung mengunjungi alamat blog berdasarkan nama jurnalis, atau terlebih dahulu masuk ke http://kompasiana.com dan cari menu “Journalists” untuk melihat daftar jurnalis yang mengisi konten Kompasiana.

Nama Kompasiana diusulkan wartawan senior yang biasa menulis kolom “Politika”, yakni Budiarto Shambazy. Kompasiana sendiri adalah kolom khusus yang dibuat pendiri Harian Kompas, PK Ojong, sebuah kolom yang berisi tulisan tajam mengenai situasi mutahir pada masanya. Kumpulan rubrik Kompasiana yang ditulis PK Ojong itu sendiri sudah dibukukan dan kini dipakai untuk menamai blog jurnalis Kompas.

Tidak semua jurnalis akrab dengan blog. Jangankan punya, membaca blog orang saja barangkali belum pernah. Jadi, merupakan langkah maju dan terobosan tak terduga manakala sejumlah jurnalis Kompas menyatakan diri ingin menjadi bagian dari Kompasiana dan bahkan sudah langsung mencurahkan pandangan dan gagasannya.

Mengapa jurnalis, termasuk jurnalis Kompas, harus ngeblog? Itu karena keniscayaan. Koran-koran berskala internasional dipastikan memiliki blog jurnalis sendiri. Kenyataannya, blog jurnalis ini justru lebih sering dikunjungi para pembaca dibanding membaca berita atau tulisannya di koran online. Menjadi menarik dan lebih akrab karena di blog ini si jurnalis bisa langsung berinteraksi dengan pembacanya, demikian pula sebaliknya.

Harapannya, dengan Kompasiana jurnalis Kompas atau jurnalis yang bekerja untuk Kompas Gramedia bisa saling menyapa dengan para pembacanya lebih dekat lagi. Di samping itu, Kompasiana memberi kesempatan jurnalis berpikir bebas mengenai hal apapun, yang tidak mungkin bisa ditulis di Harian Kompas sendiri. Dalam Kompasiana, seorang jurnalis bisa menceritakan behind the story suatu peristiwa yang karena alasan politik dan “keamanan nasional” tidak bisa secara terang-terang diberitakan di koran. Jika tida sepaham dengan editor dan harus di-”kalahkan” atas nama kebijakan struktural, di Kompasiana ini pulalah tempatnya jurnalis mengungkapkan ketidaksetujuannya.

Kompasiana merupakan forum diskusi dan ruang kuliah berisi gagasan bernas dan mencerahkan, demokratis, konstruktif, dan bertanggung jawab. Pembaca atau pengunjung diajak urun rembug dengan mengomentari setiap artikel yang masuk. Setiap komentar terbaru para pembaca dengan sendiri akan tampil di halaman muka Kompasiana.

Kompasiana yang ada sekarang ini merupakan versi yang akan terus diperbarui, khususnya dalam tampilan fisik dan fitur-fitur yang memudahkan akses bagi para pembacanya. Kompasiana secara resmi baru akan diluncurkan pada akhir Oktober 2008 mendatang, bersamaan dengan Hari Blogger Nasional. Tanpa harus menunggu peluncuran resmi, sekarang pun Kompasiana sudah bisa diakses oleh siapapun, termasuk Anda sekalian. Marilah menjadi bagian dari Kompasiana!

Linda Djalil Wartawati Senior yang Saya Kenal

Linda Djalil Wartawati Senior yang Saya Kenal


Hangat-ramah-supel, itulah kesan yang kita terima dari kebersahabatan atau kalau ingin lebih moderate keberkawanan siapapun dari kita dengannya.

Bloggers di http://kompasiana.com
Mbak Linda berusia jauh diatas saya, dan beliau telah mengenal keluarga saya jauh sebelum kami bertiga -- saya Marissa Haque, Soraya Haque, dan Shahnaz Haque -- mentas menjadi para pesohor dinegeri tercinta Indonesia.

(bersambung...)

Kamis, 22 Oktober 2009

Selamat Ulang Tahun Kompasiana & Kang Pepih Nugraha: Marissa Haque


Satu hal yang paling menggembirakan saya sebagai admin selepas onlinenya Kompasiana tampilan baru adalah gairah Kompasianer menulis dan antusiasnya pendaftar baru yang ingin berpartisipasi di Kompasiana. Jadilah Kompasiana kumpulan orang dengan berbagai latar belakang. Kompasiana tampil tegas sebagai social media, social blog, yang diramaikan kerumunan (crowd) penulis, pembaca, dan komentator.

Direktur Kompas.com Taufik Mihardja sebelumnya menjelaskan mengenai kegairahan orang menulis, yakni kegairahan yang timbul akibat terbatasnya ruang (space) pada media tradisional, cetak maupun elektronik. Hadirnya social blog seperti Kompasiana atau social media seperti Facebook atau Twitter, membuat warga biasa yang bukan jurnalis atau penulis sekalipun, berani menulis meski hanya sekedar menulis status. Dari menulis status dan mengomentari status, mulai berkeinginan menulis lebih lengkap lagi. Dari yang semula hanya komentator, hatinya tergerak kemudian untuk menulis artikel sendiri.

Begitulah sifat pembelajaran yang berlangsung melalui media online, khususnya social blog dan social media. Semua berlangsung secara alamiah tanpa paksaan dan tekanan. Ibarat pertemuan sebuah kerumuan, baik yang sudah saling mengenal maupun belum, sudah seharusnya berlangsung guyub, hangat, bersahabat, dengan semangat diskusi konstruktif, saling mengisi, saling mengoreksi. Yang lebih dulu tahu menjelaskan kepada yang kebetulan belum tahu atau kurang tahu. Yang belum tahu tidak sotoy (sok tahu) dan bersedia mendengarkan penjelasan yang sudah tahu. Yang belum tahu bisa juga mencari tahu lewat penelusuran informasi dan referensi, yang semuanya cukup dilakukan dari komputer/ponsel berinternet. Semua diskusi berlangsung dalam bentuk tulisan (written discusion).

Kompasiana tampilan baru dengan tagline “sharing.connecting” telah memberi kepercayaan sekaligus tanggung jawab kepada anggotanya (Kompasianer) dengan langsung menampilkan tanpa moderasi tim admin Kompasiana. Kesempatan dan kepercayaan ini sebaiknya dimanfaatkan dengan baik oleh para Kompasianer. You are what you are! Mulutmu harimaumu! Think before posting! Itu adalah kalimat-kalimat yang tidak akan bosan-bosannya saya sampaikan untuk sekedar mengingatkan. Memang admin akan memeriksa postingan yang ditayangkan dan laporan terhadap satu postingan akan disampaikan pembaca lainnya kepada admin. Tetapi, alangkah baiknya jika admin tidak harus mencabut satu postingan karena berbagai alasan seperti mempertentangkan SARA, berisi fitnah dan pornografi.

Saya teringat ucapan teman diskusi saya, Prof Ryaas Rasyid, yang suatu waktu mengatakan, pemerintah yang baik adalah pemerintah yang paling sedikit mengeluarkan peraturan dan menerapkan sanksi. Admin Kompasiana bukanlah pemerintah dan Kompasiana itu sendiri bukanlah negara. Akan tetapi, alangkah lebih baiknya jika Kompasiana tidak terlalu banyak mengatur apalagi menerapkan sanksi berupa pencabutan postingan/komentar atau malah pencabutan akun (please, jangan sampai deh).

Mari kita diskusi, mari kita saling mengisi, dengan terus memupuk gairah….. menulis!

Aktivitas Bolgger Bekasi & Yulyanto Teman di Kompasiana.com: Marissa Haque

Sumber: http://umum.kompasiana.com/2009/10/11/bloggerbekasicom-onair-di-radio-dakta-107fm/

Sebuah kerjakeras dan usaha tanpa diiringi oleh doa adalah sia-sia belaka!”. Alhamdulillah kami menjalankan kedua-duanya, terkait dengan rencana akan dilaksanakannya launching komunitas blogger yang pertama di Kota Bekasi (www.bloggerbekasi.com) pada tanggal 17 Oktober 2009 mendatang.
Selain publikasi melalui, spanduk, brosur dan blogging media, Insya Allah hari ini, Minggu (11 Oktober 2009), jam 14.00WIB - 15:00WIB, beberapa pengurus http://bloggerbekasi.com (Be-Blog), diantaranya Wijaya Kusumah (Penasehat Be-Blog), Aris Heru Utomo (Ketua Be-Blog) dan saya sendiri, Yulyanto (Sekretaris Be-Blog) akan memenuhi undangan Radio Dakta (107FM) dalam sebuah acara talkshow mengenai apa dan bagaimana http://bloggerbekasi.com itu, serta persiapan menjelang acara launching pada tanggal 17 Oktober 2009 mendatang.

Acara launching tersebut sedianya akan berlangsung di Teras Gloria Jean’s Coffees, Bekasi Cyber Park (BCP), sejak pukul 10:00WIB - hingga selesai. Rencananya launching http:///bloggerbekasi.com juga akan menghadirkan Bapak Walikota Bekasi, H. Mochtar Mohammad untuk meresmikan keberadaan komunitas yang pertama bagi para blogger di Kota Bekasi tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, juga akan dilangsungkan semacam talkshow dengan tema: “Menembus Tapal Batas Bekasi melalui BLOG”, dan akan menghadirkan beberapa narasumber dari kalangan blogger kenamaan, diantaranya adalah Pepih Nugraha (jurnalis senior Kompas), seorang blogger yang juga merupakan admin, sekaligus pendiri kanal blog kompasiana.com. Selain itu dalam acara tersebut juga akan menghadirkan seorang tokoh blogger nasional seperti Antyo Rentjoko (Paman Tyo), seorang blogger kenamaan yang bersama rekan-rekannya telah mendirikan dagdigdug.com.

Dalam dunia blogger, nama seorang Chappy Hakim (mantan KSAU) mungkin masih tergolong baru, namun kiprah dan karya beliau dalam dunia blog saat ini sangat layak diberikan acungan dua jempol. Bagaimana tidak, dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, melalui blognya di kompasiana.com beliau telah berhasil menerbitkan sebuah buku yang saat diterbitkan pertamakalinya mendapatkan penghargaan dari Musium Rekor Indonesia (MURI). Dalam kesempatan ini, beliau juga berkenan hadir sebagai narasumber dalam acara talkshow tersebut.

Kami juga sangat berterimakasih kepada semua pihak yang telah menjadi sponsor penyelenggaraan kegiatan launching http://bloggerbekasi.com, diantaranya adalah: Kompas.com, Kompasiana.com, Telkom Speedy, Bekasi Cyber Park, Excelcomindo (XL), Chappy Hakim (Buku CROY), Radio Dakta (107FM), Radio Gaya (93.6FM), First Server International, Gloria Jean’s Coffees, Sami Kuring, Eko Eshape (Buku Pak Dhe Ngeblog), UB-Cimart, TDA-Bekasi, dan Coklat Mentari

Kami berharap kiprah dan karya kami melalui komunitas blog ini (http://bloggerbekasi.com), benar-benar menjadikan Kota Bekasi bisa menembus tapal batas wilayahnya, tidak hanya diluar Kota Bekasi, bahkan hingga keluar Indonesia, semoga saja bisa tercapai, Amin.

Anda kepingin tahu lebih jauh, apa dan bagaimana http://bloggerbekasi.com itu? Jangan lewatkan http://bloggerbekasi.com mengudara (onair) bersama Radio Dakta pada gelombang 107FM, Hari ini! Minggu 11 Oktober 2009, Jam 14.00WIB - 15.00WIB!!!….

Salam Be-Blog

Tulisan Yulyanto Temanku di Kompasiana.com: Marissa Haque


Melahirkan “Jurnalis Blogging Media” Melalui “Kampusiana”

Ngawal Lahirnya “Kompasiana”….
Pesatnya perkembangan blogging media dan peluangnya selama 3 (tiga) tahun terakhir ini, mampu diserap dan ditangkap dengan baik oleh seorang jurnalis senior Kompas yang juga seorang blogger, Pepih Nugraha, yaitu dengan memprakarsai berdirinya sebuah kanal blog keroyokan bernama Kompasiana.com.


Sejak Kompasiana.com didirikan setahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 22 Oktober 2008 hingga saat ini, nama Pepih Nugraha selalu melekat dan identik dengan nama Kompasiana.com, bahkan (menurut saya) melebihi popularitasnya sendiri sebagai seorang jurnalis mainstream media pada halaman Kompas.

Saya sendiri, meskipun baru terdaftar pertamakali pada tanggal 22 November 2008, namun selalu mengikuti perkembangan Kompasiana.com, bahkan sebelum kelahirannya pada tanggal 22 Oktober 2008 lalu. Mulai dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan hingga akhirnya 1 (satu) tahun telah berlalu. Ada perubahan luar biasa pada Kompasiana.com maupun pada diri saya sendiri (pengalaman selama menjadi blogger Kompasiana pernah saya posting disini), yang saya rasakan sejak saat bergabung pertama kali menjadi seorang blogger pada kanal blog Kompasiana.com, (22/10/08) hingga saat ini (22/10/09).

Saya masih ingat sekali, pertamakali komentar yang saya sampaikan pada postingan kang’ Pepih Nugraha telah menjadi penghias posting-an halaman public blogger untuk yang pertamakalinya. Ibarat sebuah kertas putih yang masih kosong, Kompasiana.com telah memberikan sebuah ballpoint kepada saya, lalu membiarkan saya untuk menorehkan tintanya kedalam kertas tersebut. Ada sebuah rasa bangga sebenarnya dalam hati saya, meskipun posting-an saya tidak sebagus posting-an rekan-rekan blogger di Kompasiana.com saat ini.

Bersama-sama dengan Pak’ Prayitno Ramelan, Mas’ Junanto Herdiawan dan Drg. Anastasia Ririen pada waktu itu, kami sempat merasakan tulisan yang kami posting pada halaman public blogger mampu bertahan berhari-hari, bahkan bisa berminggu-minggu lamanya. Namun coba saja anda tengok saat ini, rasanya bisa bertahan selama satu hari saja sudah bersyukur (kecuali tulisan terpopuler).

Hal ini, karena sudah semakin banyaknya posting-an yang masuk dalam halaman admin Kompasiana.com (bahkan hingga terjadi antri-an). Untuk setiap posting-an yang masuk pada halaman public blogger kadangkala hanya bertahan kurang dari 1 (satu) jam saja. Ya, ini adalah sebuah perubahan besar yang benar-benar luar biasa jika kita lihat dari satu sisi, yaitu dari kecepatan aliran posting-an.

Belum lagi jika kita lihat dari segi traffic dan popularitas sebuah kanal blog. Berdasarkan Alexa Traffic Rank, untuk di Indonesia saat ini Kompasiana berhasil bertengger pada nomor urut 311 (22/10/09), sebuah prestasi yang cukup membanggakan untuk sebuah kanal blog mengingat usianya yang baru genap setahun pada hari ini (22/10/09).

Saat ini, saya telah merasa menjadi bagian dari Kompasiana.com. Meskipun bukan yang melahirkan, tapi saya merasakan Kompasiana.com ini seperti adik saya sendiri, dimana saya juga memiliki kewajiban untuk tetap ikut mengawal, sejak masa-masa kelahirannya, hingga genap setahun usianya di Hari ini, Kamis, 22 Oktober 2009.


“Kampusiana”, Sebuah Ide Inovatif…..
Suatu kali saat rehat pelatihan “kompasiana-BLOGSHOP” yang rutin dilakukan setiap bulannnya oleh tim Kompasiana bersama para blogger-nya, kang’ Pepih Nugraha selaku pembicara dalam pelatihan sekaligus administrator Kompasiana.com pernah melemparkan ide “Kampusiana” yang belum sempat kami bahas lebih lanjut maksudnya.


Saya berpikir bahwa ide “Kampusiana” ini merupakan sebuah ide yang sangat inovatif dan cukup kreatif. “Kampusiana” berdasarkan analisa saya, bisa jadi merupakan tempat para blogger yang terdiri dari kalangan kampus atau para mahasiswa, namun jika kita tarik lebih luas lagi bisa jadi ide ini berarti dengan mendirikan sebuah kampus seperti pada umumnya atau malah “kampus virtual” sekalian. Bedanya, “Kampusiana” nantinya akan berisi pelatihan pendidikan, khusus mengenai blog dan segala sesuatu hal yang terkait dengan perkembangan dunia blog terkini.

Ide “Kampusiana” ini adalah sebuah keniscayaan dan sangat mungkin dilakukan oleh institusi besar bernama Kompas. Jika saat ini group Kompas telah memiliki sebuah lembaga pendidikan yang bernama Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dikawasan Summarecon Serpong, Tangerang, Banten, maka mendirikan “Kampusiana” akan menjadi pelengkap dan merupakan salah satu inovasi terkini yang sangat mungkin direalisasikan oleh group Kompas, yaitu sebuah kampus dengan berbasiskan blogging media sebagaimana halnya yang sudah dilakukan oleh Astamedia Blogging School, dengan mendirikan sekolah khusus blog.

Jika saat ini Kompas Cetak dan Kompas.com memiliki Universitas Multimedia Nusantara sebagai alat untuk menciptakan para jurnalis main stream media, maka Kompasiana.com melalui “Kampusiana” juga akan menciptakan para jurnalis, namun dalam hal blogging media. Ya, kedua hal tersebut sama sekali berbeda, menurut Budi Putra, seorang mantan full-time blogger yang saat ini telah bergabung menjadi Country Editor Yahoo! Indonesia, mainstream media jelas berfungsi mewartakan berita-berita terbaru, eksklusif, resmi dan terkadang dengan penulisan yang dalam (in-depth), sementara itu blogging media adalah sebuah media personal yang menulis hal-hal yang unik, ringan, pendek dan biasanya spesifik, tetapi dengan pandangan yang sangat personal.

Seperti kita ketahui, saat ini saja Kompas.com dan Kompasiana.com telah beberapa kali melakukan sinergi dengan kembali menerbitkan beberapa posting-an para blogger di Kompasiana.com (blogging media) ke halaman Kompas.com (main stream media). Jadi adalah hal yang sangat mungkin juga bagi “Kampusiana” untuk melakukan sinergi dengan Universitas Multi Media Nusantara.

 
Men-Sinergi-kan “Kampusiana” dan “Kompasiana”, Mungkinkah?
Menjawab pertanyaan sub-judul diatas untuk men-sinergikan ”Kampusiana” dan “Kompasiana”, Mungkinkah?… Jawabnya adalah sangat mungkin! Semua tergantung niatnya, jika mau dan memang berniat, kesempatan sudah terbuka lebar didepan mata.


Sebenarnya, saat ini Kompasiana telah melakukan hal-hal yang terkait dengan ide awal berdirinya “Kampusiana”. Coba saja kita lihat kegiatan “kompasiana-BLOGSHOP” yang diadakan setiap bulan secara berkala dan berkelanjutan, belum lagi beberapa roadshow “kompasiana-BLOGSHOP” yang sudah dan akan dilakukan oleh tim Kompasiana.com dibeberapa daerah di Indonesia, seperti di Cikarang (05/07/09), di Bandung (05/09/09), di Bekasi (14/11/09) dan di Makasar (jadwal pasti belum ditentukan). Roadshow-roadshow ini adalah sebuah langkah awal dan bisa jadi merupakan cikal-bakal berdirinya “Kampusiana” dimasa-masa yang akan datang.

Saya sangat yakin dan percaya “Kampusiana” akan menghasilkan para jurnalis blogging media yang handal untuk Kompasiana, seperti halnya Universitas Multimedia Nusantara menciptakan jurnalis main stream media yang handal bagi Kompas. Sinergi keduanya akan dengan mudah tercipta, guna menjawab tantangan kemajuan teknologi berbasiskan internet dan dengan semakin ditinggalkannya main stream media di dunia saat ini.

Ide sudah dilontarkan, hanya tinggal dibuat kerangka kerjanya, lalu di-eksekusi pada saat yang tepat, saya yakin dengan kemampuan yang dimiliki oleh group Kompas, “Kampusiana” ini akan menjadi sebuah kampus percontohan yang benar-benar bisa membanggakan bagi para Kompasianers dimanapun Anda berada.

Akhir kata, “SELAMAT ULANG TAHUN KE-1” buat Kompasiana.com, kami akan tetap selalu setia mengawal perkembangan-mu dari waktu ke waktu hingga kapanpun, Insya Allah! Kami juga akan tetap setia menunggu kehadiran adik-mu yang bernama “Kampusiana”!!!…

Salam Kompasianers

www.yulyanto.com

* Artikel ini saya dedikasikan khusus untuk Kompasiana, dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun-nya yang pertama, Kamis 22 Oktober 2009.

Pengikut

Indonesiaku

Indonesiaku
Padamu Negri Marissa Haque

IT dan ICT di FEB, UGM

IT dan ICT di FEB, UGM
Tim ICT dan IT Sekelas Marissa Haque di FEB, UGM Angkatan 23B

B I L

B I L
Brother in Law (Ikang-Marissa, Soraya-Ekky, Shahnaz-Gilang)

Para Pemimpin Muda Indonesia

Para Pemimpin Muda Indonesia
Ikang Fawzi, dede Yusuf, Zulkieflimansyah, Marissa Haque

Entri Populer